Entah kali keberapa kamu datang dengan alasan yang sama. Dan ya aku selalu punya alasan untuk berkata "Tidak ." Kamu bukan badai yang memaksa masuk, tapi seperti halnya hujan kecil yang tak pernah lelah mengetuk, meski pintu terus kututup, meski mataku pura-pura tak melihatmu. Kamu hadir saat aku sibuk mencari yang tak pasti, mengejar bayang-bayang yang tak pernah benar-benar berhenti. Sementara kamu — diam di sana, setia seperti musim yang selalu tahu kapan harus kembali. Lucu, ya? Setelah lama kutepis, Kamu tetap tak pergi. Setelah kita berkelana dan melewati persimpangan yang berliku, akhirnya kita bertemu di pemberhentian terakhir untuk pulang ke rumah yang sama. Lucunya lagi saat aku tanya: “Kenapa kau tetap mau, setelah semua ‘tidak’ itu?” Dan kamu dengan caramu yang tak banyak bicara, hanya menggenggam tanganku dan berkata, “Karena dari awal aku tahu, kita akan sampai ke sini''